Jalan Menuju Huta Dolok Rusak (songon sapari pe)

Saturday, March 23, 2013

Jalan menuju Dusun Huta Dolok Nagori Merek Raya, Kecamatan Pematang Raya, Simalungun, cukup lama tak tersentuh pembangunan. Padahal kondisinya saat ini sudah sangat memprihatinkan. Amatan METRO, Kamis (15/11), jalan di daerah itu tampak dipenuhi bebatuan yang susunannya tidak merata. Bahkan ada batu besar yang terlihat menonjol di beberapa titik, yang bisa menyulitkan pengendara. Sehingga tak sedikit pengendara, khususnya roda empat, yang mengeluh ketika melintas di jalur yang menghubungkan Huta Dolok dengan Simpang Merek ini. Selain jalan yang penuh bebatuan, posisi mendaki, menurun, dan kecuraman medan juga menjadi kendala. Begitu mobil bermuatan berat melintas daerah yang mendaki dan menikung, beberapa dari mereka harus mengurangi beban muatan. Itu dilakukan agar angkutan mampu melalui jalan yang mendaki. Menurut seorang mengemudi mobil Mitshubisi L-300 Herman Samosir, yang kebetulan menuju Huta Dolok mengatakan, tujuannya ke lokasi adalah untuk mendatangi menghadiri acara pesta. ”Saya jarang ke tempat ini, cuma karena ada undangan pesta teman tadi. Melihat kondisi jalan yang rusak berat ini, aku merasa jera datang lagi ke sini Bang,” kata Herman. Sementara itu dikatakan warga sekitar, Maria br Saragih, warga di Huta Dolok itu sudah cukup lama mengharapkan adanya perbaikan jalan menuju kampungnya. “Kalau warga kampung kami ini, sudah cukup lama mengharapkan adanya pembangunan dan perbaikan jalan. Tapi nyatanya, sampai saat ini kondisinya masih serupa, yakni rusak berat,” kata br Saragih. Sama halnya dengan yang diungkapkan petani jeruk Huta Dolok Parulian Damanik. Dikatakan pria yang bermukim tak jauh dari lokasi jalan rusak itu, rusaknya jalan cukup merugikan bagi mereka. Apalagi ketika musim panen tiba. Sebab untuk mengeluarkan hasil panen seberat lima ton ke Simpang Merek saja, harus melangsirnya beberapa kali. Itu karena, tak satupun para tengkulak atau agen yang berani mengeluarkannya karena takut truknya terguling. “Jika dapat dilangsir satu kali, pasti kami masih beruntung Bang. Tapi dengan kondisi jalan seperti ini, (rusak parah, red), aku harus rela membayar ongkos truk saat melangsir hasil panen itu,” kesal Parulian. (eko)

NINI PENGUASA
  • Supaya Bersabar
DPRD Simalungun segera akan turun ke lokasi mengecek kerusakan jalan tersebut. Kalau memang kebutuhannya sudah menyangkut orang banyak, maka pembangunannya akan diprioritaskan. Kita DPRD Simalungun sebagai perpanjangan tangan masyarakat, akan mengusulkannya untuk segera diperbaiki. Masyarakat diharapkan agar bersabar menunggu prosesenya. (osi)
Drs Johalim Purba, Anggota DPRD Simalungun
  • Hasil Panen Sulit Dibawa ke Luar
Akibat jalan rusak tersebut, petani kesulitan membawa keluar hasil panennya. Sebab untuk mengeluarkan hasil panen seberat lima ton ke Simpang Merek saja, harus melangsirnya beberapa kali. Itu karena, tak satupun para tengkulak atau agen yang berani mengeluarkannya karena takut truknya terguling. (mag-06)
Niko Manurung, Warga


sumber metrosiantar


Powered By FISHBONE









HIDUP SEDERHANA BERMARTABAT DENGAN BUDAYA SIMALUNGUN

Friday, March 1, 2013



Sore hari, jika kita menuju pematang raya, kita dapat melihat banyak penjual jeruk yang menggelar dagangan nya dengan tenda tenda. Jeruk raya yang dijual rata rata langsung di ambil dari ladang nya, terasa manis dan segar bahkan bisa di petik langsung. Beberapa mobil mewah terlihat berhenti untuk menimbang dan berbelanja satu dua kilo jeruk. Satu tenda yang berbeda dari yang lainnya adalah sopou jeruk milik Amri Sumbayak yang berada di Merek Raya. Sopou tersebut merupakan hasil kreasi pemiliknya, khas simalungun seperti yang dapat kita lihat di rumah bolon pematang purba. 

Amri Sumbayak sendiri yang membuatnya dengan mencari bahan bahan dari bambu dan kayu yang ada di sekeliling nya, tampak sederhana tapi terlihat anggun dengan ada nya pinar (ornament) simalungun di setiap tiang dan atap. Ketika Tim Komunitas Jejak Simaloengoen bertanya tentang motivasi apa yang membuat diri nya mau membuat sopou khas simalungun, ia menyatakan bahwa ia sudah hobby dan tak bisa berhenti berkarya. “Sudah lama aku belajar mar uhir, di kepala ku selalu saja melintas banyak ide ide, tak pernah berhenti dan ingin mencipta ragam uhir simalungun begitu saja” jawabnya sederhana. Bakat kata orang tua. Lantas, ia tak pernah berpikir panjang tentang biaya pembuatan sopou yang nyaris jauh harga, tidak sesuai antara modal dan keuntungan dari menjual dagangan jeruk.

Amri Sumbayak sejak muda sudah memiliki minat yang tinggi terhadap seni uhir (ornament) simalungun yang dia pelajari secara otodidak. Dengan hanya berbekal pengalaman belajar dari orang tua pendahulu, satu buah buku panduan uhir, ia memiliki intuisi untuk menempatkan beragam jenis uhir dengan komposisi warna dan corak yang tepat. Ia sering di ajak untuk membantu membuat uhir di gedung milik instansi swasta atau pemerintah. Tapi semenjak ada pergantian proyek dengan datang nya pemborong baru, ia tidak mendapat order untuk ikut lagi bekerja.
“Kalau tidak mang-uhir, aku berladang jeruk lah” tambah nya. Hidup serba pas dan sederhana tidak menghalangi Amri Sumbayak untuk terus berkarya. “Sopou ini lah hasil karya ku, masih banyak lagi sebenar nya di kepala ini mau mau menambah corak dan ornament, belum lagi kepala horbou nya. Tapi ku tunda dulu karena kurang dana. Ini baru separuh selesai. Isteri ku sampai marah marah, habis uang untuk membuat sopou. Itu pun tak selesai selesai, masih ada saja yang ditambah…ini lah ..itu lah…” ungkapnya tertawa.
Hidup memang aneh dan tidak selalu di ukur dengan ekonomi. Kita dapat melihat, sesuatu yang berbeda dari sosok keluarga sederhana Amri Sumbayak. Kekayaan budaya dan seni simalungun telah mengisi dan mengalir dari dalam hati dan darah nya. Menjaga martabat, bahwa ia memiliki idealisme di tengah tengah keterbatasan dan ia tidak mau diri nya dihitung dengan uang. 


Berkarya walau sederhana selalu mendatangkan kebahagiaan. Maju lah genius lokal dan seniman seniman simalungun…horas….


Powered By FISHBONE